...... Gaharu untuk mengharumkan dunia dan mensejahterakan ......

Jumat, 23 November 2012

Teknik Inokulasi Gaharu

Teknik Inokulasi Gaharu

Teknik Inokulasi GAHARU Sistem Spiral Sederhana :

1. Inokulasi
Inducer Bio Kimia/ Fusarium sp yang di inokulasi ke jaringan pohon itu sebenarnya kuman penyebab penyakit. Oleh karena itu pohon gaharu itu melawan dengan memproduksi resin bernama fitoaleksin supaya kuman tak menyebar ke jaringan pohon lain. Seiring waktu, resin itu mengeras di sudut sudut pembuluh xylem dan floem – organ pohon yang mendistribusikan makanan berwarna kecokelatan, serta harum bila dibakar.

Mengingat jenis isolate penyakit pembentuk gaharu berbeda beda sesuai kondisi iklim dan lingkungan, maka penyedia inokulan perlu melakukan isolasi jenis penyakit yang berprospek memproduksi gaharu. Isolasi ini dilakukan terhadap tanaman gaharu alam yang berada di dalam kawasan hutan sekitar daerah pengembangan. Untuk tujuan tersebut, perlu diawali dengan pengamatan lapangan untuk mempelajari aspek gaharu yang tumbuh alami serta mengisolasi dan mengidentifikasi jenis penyakit dari pohon yang terserang.

Agar berhasil mengembangkan inokulan pembentuk gaharu, diperlukan teknik tertentu. Untuk hal ini, sangat diperlukan peran dari pemerintah daerah instansi atau lembaga terkait, perguruan tinggi, dan investor atau pengusaha swasta didaerah setempat sebagai pelaku produksi inokulan.

Tahapan-tahapan dalam penginokulasian gaharu, bahan dan alat yang dibutuhkan adalah:

ü. Bor kayu dengan ukuran minimal 10 mm, sesuai dengan diameter batang semakin besar diameternya maka ukuran bor semakin besar, ukuran bor yang biasa digunakan berukuran 13 mm.
ü. Genset kapasitas 450 watt atau 900 watt dan alat bor listrik.
ü. Spidol permanent sebagai penanda titik bor.
ü. Alat ukur meteran untuk mengukur keliling batang dan jarak titik bor satu dengan lainnya.
ü. Pinset dan suntikan sesuai ukuran bor.
ü. Alkohol 70 % untuk sterilkan alat dan lubang hasil bor kayu.
ü. Masker, gunting serta kapas.
ü. Lilin lunak, plester atau lakban, untuk menutup lubang bor.
ü. Sarung tangan karet dan Inokulan Gaharu.

Proses pengerjaannya dengan mengikuti prosedur dibawah ini:

ü. Ukur titik pengeboran awal 1 meter dari permukaan tanah. Beri tanda dengan spidol. Kemudian buat lagi titik pengeboran diatasnya dengan mengeser kearah horizontal sejauh 15 cm dan vertical 15 cm. dengan cara yang sama buatlah titik berikutnya hingga setelah dihubungkan membentuk garis spiral.
ü. Ukur lingkaran batang untuk mendapatkan diameter batang. Misalkan lingkaran batang 60 cm, hitung diameternya dengan rumus : Keliling Lingkaran = diameter x 3,14. contoh 60 cm = diameter x 3,14 berarti diameter batang = 60 cm : 3,14 = 19,11 cm.
ü. Buat lubang sedalam 1/3 diameter batang pada titik pengeboran yang sudah ditanda dengan spidol. Contoh : Kedalaman lubang bor = diameter batang x 1/3 = 19,11 x 1/3 = 6,4 cm.
ü. Bersihkan lubang bor dengan kapas yang sudah dibilas dengan alcohol.
ü. Masukkan inokulan dengan pinset kedalam suntikan yang ujungnya sudah dipotong, kemudian masukkan inokulan kedalam lubang sampai penuh.
ü. Tutup lubang yang telah terisi penuh inokulan dengan lilin agar tak ada kontaminan dari mikroba yang lain. Untuk mencegah air merembes permukaan lilin ditutup kembali dengan plester atau lakban.
ü.  Cek keberhasilan penyuntikan setelah 3 bulan, caranya buka plester dan lilin kemudian kupas sedikit kulit batang, jika batang tampak berwarna coklat kehitam hitaman berarti penyuntikan berhasil. Tutup kembali lubang dengan lilin dan plester.
ü. 7 (tujuh) bulan setelah penyuntikan ambil sample dengan mengebor lubang baru 5 cm diatas lubang sebelumnya, jika serbuk hasil bor sudah hitam atau wangi atau sesuai dengan ciri-ciri yang diinginkan maka pohon sudah dapat dipanen jika belum sesuai tutup kembali lubang dengan lilin. Tanda hasil mulai maksimal jika daun gaharu sudah mengering 50 % hal ini biasanya terjadi pada 1,5 tahun sampai 2 tahun setelah penyuntikan tergantung dari besarnya diameter batang, semakin besar diameter batang maka proses mengeringnya daun semakin lama.
Pada pelaksanaan penginokulasian terhadap pohon gaharu ini, harus diperhatikan umur dan diameter batangnya. Batas minimal suatu pohon dapat di inokulasi ditandai dengan pohon yang mulai berbunga. Biasanya umur tanaman tersebut sekitar 4 – 5 tahun atau diameter batang sudah mencapai 8 – 10 cm.

Berikut diulas teknik inokulasi menggunakan inokulan padat dan cair.

a. Inokulasi Dengan Inokulan Padat

Teknik inokulasi pohon gaharu menggunakan inokulan padat sebagai berikut:
  1. Buat lubang pada batang kayu gaharu dengan menggunakan bor.
    Diameter lubang bor sekitar 0,8 – 13 mm. Kedalaman optimal pemboran ini perlu disesuaikan dengan ukuran diameter batang, biasanya sekitar 5 cm. Setiap batang dibuatkan banyak lubang dengan jarak antar lubang bor sekitar 20 cm.
  1. Bersihkan tangan pelaku inokulasi dengan air hingga bersih dan dibilas dengan alcohol sebelum pelaksanaan inokulasi.
  2. Masukkan inokulasi padat ke setiap lubang. Jumlah inokulan disesuaikan dengan kedalaman lubang. Sebagai patokan, pemasukan ini dilakukan hingga lubang terisi penuh dengan inokulan. Agar pemasukan menjadi mudah, gunakan potongan kayu atau bamboo yang ukurannya sesuai dengan ukuran diameter lubang.
  3. Tutup setiap lubang yang sudah diberi inokulan untuk mnghindari masuknya air ke dalam lubang. Penutupan lubang ini dilakukan dengan pasak kayu gaharu. Penutupan pun dapat dilakukan dengan “lilin malam”

b. Inokulasi Dengan Inokulan Cair

Teknik inokulasi menggunakan inokulan cair sebagai berikut:
  1. Lakukan pengeboran pada pangkal batang pohon dengan posisi miring kebawah. Kedalaman pemboran disesuaikan dengan diameter batang pohon, biasanya 1/3 diameter batang. Sementara mata bor yang digunakan berukuran sama dengan selang infus sekitar 0,5 cm. Selang infuse tersebut biasanya sudah disediakan produsen inokulan pada saat pembelian inokulan. Namun, bila belum tersedia, selang infuse dapat disediakan sendiri oleh petani.
  2. Masukkan selang infus yang ada pada botol inokulan cair kedalam lubang.
  3. Atur besarnya aliran inokulan cair tersebut. Hentikan aliran infuse bila cairan inokulan sudah keluar dari lubang.
  4. Tutup bagian tepi disekitar selang infuse dengan menggunakan “lilin malam”.
  5. Ulangi pengaturan aliran masuknya cairan infuse kedalam lubang setiap 1–2 hari, tergantung keadaan cairan dalam lubang. Pengaturan aliran dilakukan bila lubang sudah tidak terdapat lagi cairan inokulasi.
  6. Laksanakan penginokulasian ini hingga inokulan cair didalam botol infuse tersebut habis. Penginokulasian diulang kembali dengan botol inokulasi baru, bila belum ada tanda tanda kematian fisik dan fisiologis.
2. Pemeliharaan dan Pemupukan
Pemupukan perlu dilakukan terutama di lahan yang kesuburannya rendah. Pemberian pupuk dapat dilakukan dua kali dalam setahun, dengan ukuran 5  kg pupuk per-pohon. Pembersihan areal penanaman juga perlu dilakukan guna menghindari tumbuhnya gulma (tumbuhan pengganggu) khususnya pada musim hujan atau 4 kali dalam setahun.

3. Panen dan Pasca Panen

Produksi gubal gaharu akan terbentuk setelah perlakuan berjalan 3 bulan. Hal ini dimulai dengan berubahnya warna kayu sekitar penyuntikan menjadi cokelat dan bertekstur keras serta berbau wangi. Pemanenan dapat dilakukan mulai dari 1 tahun setelah penginokulasian dengan cara menebang pohon. Kualitas gubal gaharu yang dihasilkan  berbanding lurus dengan tingkat kesuburan pohon dan lamanya penginokulasian. Semakin lama penginokulasian maka semakin tinggi kualitas gubal gaharu yang dihasilkan. Potongan-potongan gubal gaharu dibersihkan dari bagian kayu yang tidak terbentuk menjadi gubal. Pembersihan kayu putih dari gubal memerlukan tenaga kerja yang memiliki keterampilan khusus, sehingga tidak menurunkan kelas gubal akibat kurang terampilnya tenaga kerja. 

Kemudian dilakukan penyortiran berdasarkan kelasnya (Super, AB, BC, C1 dan C2). Untuk mengurangi kadar air, potongan gubal gaharu dikeringkan dengan cara menjemur di bawah sinar matahari. Untuk gaharu kelas kemedangan selain dapat dipasarkan langsung dapat pula di distilasi untuk diambil minyaknya.

Sumber : http://gaharujabar.wordpress.com/cara-inokulasi-gaharu/
 

Apa itu DESTILASI CHIP?

Apa itu DESTILASI CHIP?


Digunakan untuk menampung minyak atsiri, bisa dari bahan glass atau stainless steel. Untuk bahan glass, gunakan botol gelap agar minyak terhindar dari masuknya sinar matahari langsung sehingga tidak menurunkan grade minyak. Proses untuk mendapatkan minyak atsiri dikenal dengan cara menyuling atau destilasi terhadap tanaman atau kayu penghasil minyak atsiri. 

Didunia komersil, metode destilasi/ penyulingan minyak atsiri dapat dilakukan dengan 3 cara, antara lain :
1).Penyulingan dengan sistem rebus (Water Distillation);
2).Penyulingan dengan Air dan Uap (Water and Steam Distillation);
3).Penyulingan dengan uap langsung (Direct Steam Distillation).
Penerapan penggunaan metode tersebut didasarkan atas beberapa pertimbangan seperti jenis bahan baku tanaman atau kayu (serbuk), karakteristik minyak, proses difusi minyak dengan air panas, dekomposisi minyak akibat efek panas, efisiensi produksi dan alasan nilai ekonomis serta efektifitas produksi.

Penyulingan dengan air dan uap (Water and Steam Distillation)
Penyulingan dengan Air dan Uap ini biasa dikenal dengan sistem kukus. Cara ini sebenarnya mirip dengan sistem rebus, hanya saja bahan baku dan air tidak bersinggungan langsung karena dibatasi dengan saringan diatas air. Cara ini adalah yang paling banyak dilakukan pada dunia industri karena cukup membutuhkan sedikit air sehingga bisa menyingkat waktu proses produksi. Metode kukus ini biasa dilengkapi sistem kohobasi yaitu air kondensat yang keluar dari separator masuk kembali secara otomatis ke dalam ketel agar meminimkan kehilangan air. Bagaimanapun cost produksi juga diperhitungkan dalam aspek komersial. Disisi lain, sistem kukus kohobasi lebih menguntungkan oleh karena terbebas dari proses hidrolisa terhadap komponen minyak atsiri dan proses difusi minyak dengan air panas. Selain itu dekomposisi minyak akibat panas akan lebih baik dibandingkan dengan metode uap langsung (Direct Steam Distillation).

Metode penyulingan dengan sistem kukus ini dapat menghasilkan uap dan panas yang stabil oleh karena tekanan uap yang konstan. Kami melayani, jika Anda membutuhkan alat suling (destilator) berbagai type dan kapasitas sesuai keinginan Custumer.

MESIN HOME INDUSTRI MINYAK ATSIRI 

(khusus destilasi kayu gaharu-chip/ kemedangan)
Type SM-20KG Keterangan
Ketel Kapasitas 20-25Kg (serbuk kayu gaharu kering/ batch)
Jenis Sistem Kukus (Water and Steam Distillation)
Bahan Ketel Stainless Steel-304 mirror (bahan mengkilap)
Tebal Bahan 1.2 mm
Pipa Bahan Stainless Steel-304 (spiral)
Diameter ?  cm
Tinggi ?  cm
Kelengkapan Pressure gauge, flange pengunci fleksibel, aliran dan valve uap, aliran dan valve drain, saringan bahan SS, sight glass (pengukur level air dalam ketel), separator glass (pemisah air dan minyak), tabung 3 kg gas LPG 1 unit, semawar.
Pendingin/ Kondensor bak bahan mild steel
Type Sistem Spiral
Material Pipa stainless steel 304 (1 1/4 – 1 in)
Panjang Total Pipa 6 meter
Diameter Lilitan ? cm
Kelengkapan pipa keluaran dan masukan air pendingin, penyangga
Harga Rp.10.500.000,- (nego)
Pemesanan DP 60% sisanya setelah barang siap kirim, waktu pembuatan 3 minggu setelah order diterima
Termasuk :* ujicoba dan training operator (bahan baku dan bahan bakar disediakan oleh custumer);* garansi konsultasi 6 bulan berdasarkan pengalaman kami yang juga bergerak dibidang produksi minyak atsiri. Tidak Termasuk :* jasa perakitan alat dilapangan;* pengiriman/ ekspedisi ke lokasi instalasi;* khusus diluar Pulau Jawa transportasi dan akomodasi 2 orang teknik untuk instalasi di lokasi;* pembuatan kolam pendingin(apabila diperlukan), terutama untuk lokasi yang jauh dengan sumber air mengalir;* pembuatan tungku pembakaran (kami hanya menyediakan desain tungku), jika menggunakan bahan bakar kayu;* bangunan dan infrastruktur lainnya, bahan baku dan bahan bakar untuk ujicoba atau training.
 
WOOD CRUSER MACHINE adalah mesin untuk penghancur bahan kayu menjadi serbuk gergaji untuk pembuatan briket, bahan yang dapat diproses yaitu kayu chip/ kemedangan gaharu, ranting, dll. 
produk lokal dijamin 100%
TYPE
DIMENSI (CM)
DIESEL (3PK)
KAPASITAS (KG/Jam)
BAHAN (MM)
HARGA
(Rp.)
P
L
T
WCM-01 140 60 80
1600 rpm
180-220
<= 1-2
13.500.000,-
* harga diatas belum termasuk ongkos kirim
Informasi/ Hotline/ SMS ke 085721292882 atau 085221224775
email/ YM : anthony_ej80@yahoo.com 

Sumber :  http://gaharujabar.wordpress.com/apa-itu-destilasi/

Senin, 06 Agustus 2012

Pengadaan Benih Gaharu Secara Generatif

Pengadaan Benih Gaharu Secara Generatif

Sumber Gambar: Aat
 
 
 
 
Bahan tanaman penghasil gaharu dapat diperoleh melalui upaya pengembangan dari benih, anakan alam, stump, stek pucuk dan dimungkinkan dapat dikembangkan dengan teknologi kultur jaringan.
Bahan generative berupa benih dapat diperoleh dengan memanfaatkan potensi pohon induk alami yang tersedia dalam kawasan hutan atau di kebun masyarakat sekitar hutan. Persyaratan untuk memperoleh buah dari pohon induk alami sebagai berikut :
1. Memiliki sifat dan karakter genetik rentan terhadap penyakit pembentuk gaharu
2. Pohon memiliki kematangan sebagai induk yang sehat dan berbuah sepanjang tahun
3. Benih memiliki mutu daya kecambah di atas 80%


Secara teknis, untuk memperoleh benih dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Pengumpulan benih
Benih dikumpulkan dengan cara memungut benih yang jatuh atau benih dapat dibantu dengan memasang jarring dibawah tajuk pohon induk. Selain itu, benih dapat diperoleh dengan memanen buah-buah matang fisiologis. Buah matang ditunjukkan apabila pada satuan pohon indukan dijumpai sekitar 10 - 20% buah-buah telah pecah.

Buah hasil pemanenan dikeringkan dilantai. Setelah buah pecah, benih dikumpulkan untuk segera dikecambahkan. Bila benih bersumber dari hutan alam, kelembaban benih harus dijaga dengan bantuan pengemasan benih yang dicampur dengan serbuk gergaji basah.

b. Penyemaian benih
Benih yang diperoleh dari hasil pungut benih jatuh atau hasil panen buah matang, dibersihkan dari kotoran dan dilakukan proteksi dari kemungkinan tercemar oleh penyakit (jamur atau bakteri) dengan membersihkan dan atau merendam dengan pestisida (fungisida atau bakterisida).

Proses penyemaian benih tanaman penghasil gaharu dapat dipola dalam 2 (dua) teknik sebagai berikut :

1). Bak Semai
Siapkan bak semai plastik dan media tumbuh dengan bahan terdiri dari campuran tanah dengan kompos organik (1:2). Aduk secara merata campuran media tumbuh tersebut. Setelah itu, taburkan benih yang telah direndam pestisida/hormone tumbuh, lalu tutup setebal sekitar 1 cm dengan pasir zeolit dan idealnya benih-benih terinokulasi "endomikoriza". Selanjutnya, pelihara benih pada bak semai dengan penyiraman air minimal 1 kali per hari. Biarkan benih-benih tumbuh pada bak semai hingga menghasilkan anakan tingkat semai berdaun 3 - 4 helai.

2). Bedeng Tabur
Dalam skala lapangan, perkecambahan benih dapat dilakukan oleh masyarakat dalam bedeng tabor. Caranya adalah bedeng tabor dibuat dengan ukuran lebar 1 m dan panjang 2 - 3 m atau disesuaikan dengan tersedianya benih. Bedeng taburideal bermediakan campuran tanah, kompos organik, dan pasir halus yang bersih dan steril. Sebelum digunakan, sebaiknya bahan media djemur dibawah terik matahari selama 2 -3 hari. Jangan lupa, tambahkan pestisida melalui penyiraman. Setelah itu, taburkan benih secara merata pada bedeng tabor. Selanjutnya, tutup media dengan ketebalan 1 cm.

Benih yang telah disemai perlu dipelihara dengan baik. Untuk itu dilakukan penyiraman dengan interval 1 kali per hari agar kondisi kelembaban stabil. Tutup bedengan dengan plastik transparan. Setelah benih mulai tumbuh, lepaskan plastik penutup. Biarkan benih-benih tumbuh optimal hingga menghasilkan 3-4 daun.

3). Pemeliharaan bibit semai
Siapkan polibag yang telah diisi media campuran tanah permukaan dengan kompos organik (1:1). Setelah itu, lakukan pencabutan anakan semai, baik dari hasil pertumbuhan pada bak semai atau bedeng tabor, secara hati-hati dan langsung tanamkan ke dalam polibag.

Bibit semai yang sudah ditanam dalam polibag, selanjutnya dipindahkan pada bedeng persemaian atau dalam skala lapangan dibawah sungkup plastik dengan naungan paranet. Usahakan cahaya masuk sekitar 60%. Pelihara hingga anakan mencapai kondisi siap tanam dengan tinggi bibit rata-rata sekitar 30 cm. untuk membantu kecepatan pertumbuhan dapat dibantu dengan perlakuan pemupukan lewat daun. Untuk menghindari kemungkinan gangguan penyakit, lakukan penyemprotan pestisida kimia (fungisida/bakterisida), atau sesuai jenis gangguan dapat digunakan pestisida organik.(aat.Sambas

Sumber : http://cybex.deptan.go.id/lokalita/pengadaan-benih-gaharu-secara-generatif

Sei Tubu Kembangkan Kopi dan Gaharu


 

Sei Tubu Kembangkan Kopi dan Gaharu 

Melalui program Gerbang Dema kecamatan, tiap kepala keluarga diberikan 150 bibit kopi dan gaharu setiap tahun sejak tahun 2006.

Camat Mentarang Marson L Langub mengatakan, kondisi geografis dan budaya warga desa di Sei Tubu dengan desa lain di wilayah Mentarang berbeda. Dengan begitu, jenis komoditas unggulan yang dikembangkan juga lain dibanding 10 desa lainnya di wilayah Mentarang.

Untuk 5 desa di Sei Tubu yang masuk perwakilan Kecamatan Mentarang, telah dikembangkan kopi dan gaharu, sementara di desa lain dikembangkan padi adan dan kakao.

Selama sepekan terakhir di bulan September lalu, Marson L Langub yang didampingi Kepala KCDP Mentarang, dan petugas kesehatan dari Puskesmas, melakukan kunjungan sekaligus monitoring realisasi program Gebang Dema khususnya di 3 desa, daerah Sei Tubu Mentarang, yakni Long Nyau, Long Ranau, dan Long Pada.

Ia mendapati tanaman kopi maupun gaharu yang dikembangkan warga di Sei Tubu sejak 2006 berkembang bagus.

Dari 5 desa di Sei Tubu, sudah dikembangkan sekitar 27 tanaman hektare kopi dan 27 hektare gaharu.

"Untuk bibit yang ditanam sejak tahun perintisan (2006) kini sudah tumbuh hingga mencapai 1 meter. Tahun 2009 nanti, khususnya kopi diharapkan sudah berbuah." ungkapnya.

Sebenarnya, pihak kecamatan bisa memberikan bibit kopi dan gaharu lebih banyak lagi. Seperti, program kakao, tiap KK mengembangkan seluas setengah hektare per tahun dari Gerbang Dema kecamatan dan desa.

Namun warga di 5 desa Sei Tubu mengaku belum sanggup sehingga hanya diberikan 300 pokok bibit gaharu dan kopi tiap KK.

"Pertama ditawari bibit, tiap KK bahkan cuma sanggup 200 pokok. Tetapi kita menambah menjadi 300 pokok per KK," katanya.

Dikembangkannya tanaman kopi dan gaharu ini, merupakan implementasi program Gerbang Dema untuk mewujudkan masyarakat mandiri. Dengan sistem ini, secara bertahap mengubah pola warga setempat yang terbiasa masuk-keluar hutan mencari gaharu.

Sumber :  http://perkebunan.kaltimprov.go.id/berita-349-.html

Bupati Nunukan: “Gading Gajah Boleh Menguning Tapi Pohon Sawit Tidak Boleh”

Bupati Nunukan: “Gading Gajah Boleh Menguning Tapi Pohon Sawit Tidak Boleh”

 Ketika dalam perjalanan ke tempat diresmikannya perumahan Komunitas Adat Terpencil (KAT), Bupati Nunukan Drs. Basri dan rombongan melewati perkebunan kelapa sawit, baik milik perusahaan maupun milik perorangan yang sangat luas.

Tentu, rasa gembira Bupati tak bisa dibendung khususnya ketika melihat kebun sawit masyarakat karena Bupati tahu kalau ke depan kebun tersebut akan berproduksi dan pastinya akan mengdongkrak income masyarakat yang bermukim di daerah itu yang selama ini hanya menggantungkan hidupnya dari hasil hutan yakni berburu, mencari Gaharu dan rotan.

Hanya saja yang disesalkan Bupati, banyak kebun masyarakat tidak terurus, rumputnya lebih tinggi daripada tanaman sawitnya yang mengakibatkan beberapa daun kelapa sawitnya kelihatan menguning.

"Gading Gajah boleh menguning tapi pohon kelapa sawit tidak boleh, pohon sawit ini seharusnya tumbuh dengan daun nan hijau agar kalau berbuah jadinya banyak," kata bupati sambil melirik ke beberapa anggota DPRD yang menyertai dirinya dalam kunjungan tersebut yang berasal dari beragam warna partai. Syafri HB

Sumber : http://suaraakarrumput.com/index.php?option=com_content&view=article&id=2391&catid=3&Itemid=37